Dewi Wahyu Hastuti, Kasi Produksi Penyebaran Pengembangan ternak DPPK Kota Pekalongan salah satu korban telpon gelap memberikan kesaksian |
Kota Pekalongan
Sejumlah telepon gelap yang mengatasnamakan Sekda Kota Pekalongan mulai menyasar ke beberapa PNS di lingkungan Pemerintah Pekalongan dengan menawarkan promosi jabatan dengan imbalan uang.
Oknum penelpon gelap konon bisa mengatur jabatan kepada PNS yang dikehendaki untuk menduduki posisi tertentu dengan ganti uang atas suruhan Sekda Kota Pekalongan dengan dalih penerapan SOTK yang baru.
Kasi Produksi Penyebaran Pengembangan Ternak di Dinas Pertanian Peternakan dan Kelautan (DPPK) Kota Pekalongan, Dewi Wahyu Hastuti yang juga menjadi salah satu korban telepon gelap tersebut mengatakan, dirinya menerima telepon gelap di kantor Kamis pagi sekitar pada pukul 08.30 WIB.
"Penelpon katanya bisa mengondisikan saya untuk bisa jadi Kabid. Saya diminta untuk membayar Rp 37 juta dengan dalih pelantikan sebagai Kabid membutuhkan biaya," ungkap Dewi, saat memberikan kesaksian, Kamis (27/10/16).
Dewi menambahkan, penelpon yang mengaku dari Bagian organisasi tersebut mengatakan biaya administrasi dari APBN belum keluar. Sedangkan dalam seminggu ini akan ada pelantikan, tinggal saya nya ditawari mau isi berapa.
"Karena tidak punya uang segitu, saya bingung. Akhirnya saya minta dikosongin saja," ucap Dewi.
Terungkap, selain PNS di DPPK, telpon gelap yang mengatasnamakan Sekda Kota Pekalongan juga menyasar ke beberapa instansi lain seperti Bapermas dan Disperindagkop.
Di kesempatan yang sama, Kabid Peternakan DPPK Kota Pekalongan, Arif Karyadi membenarkan adanya telpon gelap tersebut. Bahkan menurut Arif, dirinyalah yang pertama kali menerima telepon gelap tersebut.
"Karena yang dicari adalah Bu Dewi, ya saya serahkan kepada yang bersangkutan," jelas Arif.
Meski telepon sudah diserahkan kepada Dewi, namun Arif mengaku masih tetap bisa mendengarkan isi pembicaraan dalam percakapan telepon tersebut.
"Saya masih bisa mendengar semuanya. Apalagi isi pembicaraan terkait dengan uang," ujar Arif.
Post a Comment